Jumat, 31 Mei 2019

Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Identifikasi Kayu Secara Makroskopis

PRAKTIKUM II
 “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Identifikasi
Kayu Secara Makroskopis”







Oleh
Kelompok V
GERY ARDIANTO
CCA 117 079



UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN KEHUTANAN

2018


KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Identifikasi Kayu Secara Makroskopis”.
Adapun penyusun menulis laporan ini bertujuan untuk mengetahui bentuk Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Identifikasi Kayu Secara Makroskopis . Pada penulisan laporan ini, berbagai permasalahan telah penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya laporan percobaan ini tentu saja bukan karena kerja keras penyusun semata-mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan praktikum ini.
Dalam menyusun laporan ini, penulis sangat menyadari banyaknya kekurangan yang terdapat di dalam laporan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak agar laporan ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk orang banyak. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.



       Palangka Raya,    Desember 2018 


                                                                                                    Penulis
i
 
 

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... iii
BAB I      PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum.......................................................................... 3
BAB II    METODE PRAKTIKUM................................................................... 5
2.1 Tempat dan Waktu........................................................................ 5
2.2 Alat dan Bahan............................................................................. 5
2.3 Cara Kerja..................................................................................... 5
BAB III  HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 6
3.1 Hasil.............................................................................................. 6
3.2 Pembahasan................................................................................... 7
BAB IV  PENUTUP........................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan.................................................................................... 10
4.2 Saran.............................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 11
LAMPIRAN........................................................................................................
 12










ii
 
 

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.  Bidang Pengamatan Untuk
Identifikasi Kayu.............................................................................. 6
iii
 
Gambar 2.  Arah Kayu Untuk Pengamatan......................................................... 6



 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
            Identifikasi kayu dalam dunia perdagangan bersifat subyektif, karena pengenalan jenis dilakukan oleh seseorang yang sudah berpengalaman dan keputusannya bersifat perorangan. Pengenalan jenis ini umumnya dilakukan berdasarkan sifat-sifat yang menyolok. Cara lain yang dilakukan secara ilmiah lebih bersifat obyektif, karena struktur dan sifat-sifat kayu yang diamati diteliti dan dicatat secara sistematik. Kemudian struktur dan sifat-sifat tersebut ditentukan mengikuti petunjuk yang terdapat dalam pengenalan jenis.
            Kunci pengenalan jenis kayu ini hanya berlaku untuk kelompok kayu yang tercakup di dalamnya. Dalam pembuatannya diperlukan sekumpulan struktur dan sifat-sifat kayu yang sudah diketahui namanya terlebih dahulu, kemudian disusun rapi menurut system tertentu. Menurut Pandit (1991) terdapat dua bentuk kunci pengenalan kayu yaitu kunci pengenalan dikomotomis (dichotomous key) dan kunci pengenalan bentuk kartu (card sorting key).
            Pada kunci pengenalan dikotomis, sifat-sifat kayu yang disusun secara berpasangan dan saling meniadakan, artinya struktur dan sifat-sifat di dalam tiap pasangan berlawanan satu terhadap yang lainnya. Sedangkan kunci pengenalan bentuk kartu, tiap kartu diperuntukkan bagi satu jenis atau kelompok jenis tertentu. Pada tepi kartu dicatat semua struktur dan sifat kayu. Tepi dari kartu sesuatu jenis tertentu digunting pada tempat-tempat yang menunjukkan struktur dan sifat-sifat dari jenis tertentu.
            Data yang dipergunakan dalam pengenalan jenis tersebut meliputi struktur kayu secara makroskopis dan mikroskopis ditambah sifat-sifat fisik kayu. Untuk mempelajari data tersebut perlu dimengerti terlebih dahulu tentang bidang/penampang dan arah kayu.
            Bidang/penampang digunakan untuk mempelajari ciri-ciri struktur kayu yang diamati, sedangkan arah kayu yang diamati untuk menentukan sifat fisik dan fisika kayu. Menurut Kasmudjo (1995), pengertian fisik dan sisi kayu berbeda. Sifat fisik berhubungan dengan kesan yang diperoleh dari pancaindera apabila kita melihat, meraba, membau dan sebagainya. Sifat fisika tentunya lebih khusus lagi, tidak termasuk bagian identifikasi kayu. Sifat fisika kayu adalah sifat karena peranan faktor (factor inheren) dari struktur kayu, selain peranan lingkungan dimana kayu tersebut berada.
            Ciri-ciri struktur kayu yang diamati adalah sebagai berikut :
1. Bidang/penampang melintang/transversal/lateral (x) dari kayu (cross section), yaitu bidang/penampang yang dibuat tegak lurus sumbu pohon.
2. Bidang/penampang tangensial (t) dari kayu (tangensial section), yaitu bidang/ penampang kayu yang dibuat tegak lurus bidang radial.
3. Bidang/penampang radial (r) dari kayu (radial section), bidang/penampang yang dibuat sejajar (mengikuti) jari-jari kayu.
            Selanjutnya arah kayu berhubungan dengan salah satu sifat fisika kayu yaitu penyusutan. Arah kayu yang diamat iadalah sebagai berikut :
1. Arah longitudinal yaitu arah kayu sepanjang batang atau serat kayu (dari pangkal hingga keujung batang)
2. Arah tangensial yaitu arah kayu sejajar dengan lingkaran tahun.
3. Arah radial yaitu arah kayu sejajar dengan jari-jari kayu (dari hati ke kulit atau sebaliknya).
            Struktur anatomi kayu yang diamati secara makroskopis hanya sebagian saja, seperti pembuluh, jari-jari kayu, parenkim dan saluran interseluler.
1. Pori (sel pembuluh, vessel cell)
Ada atau tidak ada diamati pada bidang melintang kayu. Jika kelihatan seperti lubang-lubang kecil atau besar yang dibatasi oleh suatu dinding tersendiri. Kayu daun lebar mempunyai pori-pori dan kayu daun jarum tidak memiliki pori-pori.
2. Jari-Jari Kayu (xyllary ray)
Jari-jari kayu merupakan lembaran-lembaran atau pita-pita jaringan horizontal yang seolah-olah berasal dari permukaan luar kayu dekat kulit menuju arah hati. Pada penampang melintang, jari-jari Nampak seperti garis dengan lebar yang berbeda-beda dan arahnya tegak lurus dengan lingkaran tahun.
3. Sel Parenkim (parenchyma cell, soft tissue)
Ada atau tidaknya merupakan tanda penting dalam pengenalan kayu. Sel parenkim dapat diamati pada bidang melintang kayu. Jika ada sel-sel parenkim, maka sel-sel tersebut dapat tersebar secara terpisah sehingga sulit untuk melihatnya secara makroskopis. Tetapi dapat juga berkumpul rapat di dalam kelompok-kelompok yang kecil atau besar yang memberikan gambaran-gambaran khas dan berguna bagi pengenalan kayu..
Apabila sel-sel parenkim agak sulit untuk dilihat, maka bidang lintang yang baru dibuat dapat dibasahi sedikit. Bagian yang gelap warnanya karena menyerap air lebih banyak menunjukkan tempat letaknya parenkim. Dapat juga dibuat dengan sayatan-sayatan tapi pada bidang lintang, menjepit bagian sayatan-sayatan tersebut di antara dua gelas obyek dan mengarahkannya kearah cahaya. Ketempat yang ada arah parenkimnya kelihatan lebih terang.
Secara makroskopis sel-sel parenkim yang terkumpul di dalam kelompok-kelompok lebih mudah dilihat dari pada soliter.
4. Saluran Interseluler
Adanya saluran inter seluler penting untuk dicatat, sebab terdapat secara konstan pada jenis-jenis tertentu. Pada bidang melintang kayu, saluran ini kelihatan seperti lubang-lubang yang dapat dibedakan dengan pori-pori. Saluran ini diberi nama sesuai dengan isi yang terdapat di dalamnya. Isi saluran intraseluler dapat berupa damar, getah, gom dalam bentuk padat atau cair dengan tingkat kekentalan tertentu. Tingkat kekentalan isi saluran interseluler ini sangat penting untuk dicatat.

1.2. Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar praktik dapat :
1.      Menggambar ketiga bidang dan arah dari sampel kayu
2.      Mengamati bagian-bagian kayu dan mencantumkan keterangannya
3.      Menjelaskan perbedaan antara bidang dan arah kayu
4.      Mengamati struktur kayu secara makroskopis































 
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Tempat dan Waktu
            Praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu yang berjudul “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Indentifikasi Kayu Secara Makroskopis” ini dilaksanakan di ruangan J5 Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, pada hari Senin 08 Oktober 2018 pukul 13.00-15.00 WIB.
2.2. Alat dan Bahan
            Adapun alat yang digunakan dalam praktikum “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Indentifikasi Kayu Secara Makroskopis” adalah sebagai berikut :
1.      Cutter,
2.      Gergaji dan
3.      Loupe
Sedangkan bahan yang digunakan meliputi :
1.      Sepotong kayu berbentuk seperti baji (sepanjang 10 cm)
2.      Sepotong kayu berbentuk kubus (ukuran 5x5 cm atau 2x2 cm)
3.      Ampelas
4.      Air
2.3. Cara Kerja Praktikum
            Adapun cara kerja praktiukum “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Indentifikasi Kayu Secara Makroskopis” adalah sebagai berikut :
1.      Menuliskan nama daerah dan nama ilmiah kayu yang akan diamati
2.      Mengamati dan menggambar bidang dan arah pengamatan serta struktur anatomi kayu yang mampu dilihat menggunakan mata biasa dan loupe
3.      Memberi keterangan pada hasil pengamatan dan gambar.



 
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil












Gambar 1.Bidang Pengamatan Untuk Identifikasi Kayu













Gambar 2.Arah Kayu Untuk Pengamatan
3.2. Pembahasan
Adapun yang dapat dijelaskan dalam praktikum kali ini pada Gambar 1 yaitu bidang pengamatan untuk identifikasi kayu yang berbentuk seperti baji adalah untuk mengetahui letak empelur, kayu teras, kayu gubal, lingkaran tahun, kambium, pori-pori, kulit dan jari-jari.
Empelur adalah jaringan yang letaknya di bagian terdalam dari batang tumbuhan berpembuluh. Empelur tersusun dari sel parenkim yang lembut yang menyimpan dan mengangkut nutrisi ke seluruh bagian tumbuhan. Pada tumbuhan dikotil, empulur terletak di tengah batang (stele) di keliling oleh pembuluh xylem. Pada tumbuhan monokotil, empulur meluas hingga akar dan batang bunga diapit oleh pembuluh xylem dan floem secara berselang-seling. Jaringan empulur mempunyai bagian yang aktif, yang terletak di bagian luar yang disebut primedular.
Bentuk empulur pada berbagai jenis tumbuhan berbeda antara yang satu dengan tumbuhan yang lainnya. Ada empulur yang bentuknya lunak dan kering, ada yang memiliki rongga-rongga kecil. Pada beberapa tanaman, empulur di tengah batang dapat mengering dan hancur, sehingga batang berongga dan terbentuk ruang kosong seperti pada rumput-rumputan dan bambu. Dan ada juga tumbuhan yang empulurnya berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan seperti pada pohon sagu. (Sucipto, Tito. 2009)
Kayu teras merupakan kayu terdiri dari sel-sel yang dibentuk melalui perubahan-perubahan hidup pada lingkaran kayu gubal bagian dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung berbagai macam zat yang memberi warna lebih gelap. Tidak mutlak kayu teras demikian. Hanya pada jenis-jenis yang kayu terasnya berisi tiloses. Pada beberapa jenis tertentu, membuat kayu berat dan kayu lebih awet. Akan tetapi semua jenis kayu yang memiliki zat ekstraktif sudah dapat dipastikan keawetannya. (Sucipto, Tito. 2009)
Kayu gubal merupakan bagian kayu yang masih muda terdiri dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal lapisan, kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya jenis yang tumbuh cepat mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya. Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang. (Sucipto, Tito. 2009)
Lingkaran tahun adalah istilah yang dipergunakan dalam menunjukkan cincin-cincin kosentris atau garis lingkaran yang ada pada bagian dalam batang tumbuhan. Lingkaran tahun ini akan terlihat jelas jika batang kayu pohon dipotong melintang. Lingkaran tahun ini untuk menentukan usia/umur pohon tersebut. Lingkaran tahun ini memang muncul seiring dengan bertambahnya usia/umur tumbuhan. Batang dengan siringnya waktu akan terus tumbuh dan menebal karena aktifitas kambium yang menghasilkan lapis demi lapis xylem sekunder. Lapis xylem sekunder inilah yang dari tahun ke tahun terus bertambah dan disebut lingkaran tahun. (Wahyu, Imam. 2013)
Kambium adalah lapisan jaringan maristematik pada tumbuhan yang sel-selnya aktif membelah dan bertanggung jawab atas pertumbuhan sekunder tumbuhan. Kambium ditemukan pada akar dan batang. Berdasarkan jaringan tetap yang dibentuknya, dikenal dua kelompok kambium, yaitu kambium gabus dan kambium pembuluh. Kambium hanya ditemukan pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae. (Wahyu, Imam. 2013)
Pori-pori batang (lentisel) adalah bentuk batang yang memiliki banyak lubang kecil seperti pori-pori pada bagian epidermis. Bentuk lentisel ini seperti lubang yang menganga secara terbuka dan tidak dilapisi oleh sel gabus. Lentisel digunakan sebagai alat pernapasan bagi tumbuhan dan membantu proses pertumbuhan tumbuhan itu sendiri, lentisel pada umumnya terdapat pada batang dewasa. (Wahyu, Imam. 2013)
Pepagan atau kulit kayu adalah lapisan terluar batang dan akar tumbuhan berkayu. Dalam istilah teknis, pepagan merujuk pada seluruh bagian di luar jaringan kambium. Pepagan menutupi kayu dan terdiri atas bagian dalam dan luar. Bagian dalam, yang pada batang dewasa merupakan jaringan hidup, termasuk daerah terdalam periderm. Lapisan luar pada tangkai tua termasuk jaringan permukaan tangkai yang mati, bersama dengan bagian-bagian periderm terdalam dan seluruh jaringan di sisi luar pada pohon juga disebut rhitidoma.
Jari-jari adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya. Jari jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan keseragaman ukuran.
























 
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan dalam praktikum kali ini adalah Menggambar ketiga bidang dan arah dari sampel kayu kemudian mengamati bagian-bagian kayu dan mencantumkan keterangannya serta menjelaskan perbedaan antara bidang dan arah kayu dan mengamati struktur kayu secara makroskopis. Yang perlu diketahu dalam praktek ini adalah harus mengetahui arah bidang penampang melintang, bidang penampang tangensial dan bidang penampang radial dan juga harus mengetahu arah longitudinal, arah tangensial dan arah radial.
4.2. Saran
            Adapun saran yang perlu yaitu harus mentaati tata tertib yang ada di laboratorium dan yang ada di buku panduan. Serta menjaga kebersihan dan dilarang keras bermain HandPhone pada saat praktikum berlangsung.
















 
DAFTAR PUSTAKA
Kasmudjo, 1995. Bidang Penampang Kayu. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Pandit, 2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Sucipto, Tito. 2009. Struktur, Anatomi dan Identifikasi Jenis Kayu. Universitas Sumatra Utara. Medan
Sarinah, 2018. Panduan Praktikum : Anatomi dan Identifikasi Kayu ”bidang/penampang kayu, arah kayu dan identifikasi kayu secara makroskopis”. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya
Wahyu, Iman. 2013, Hubungan Struktur Anatomi Kayu Dengan Sifat Kayu, Kegunaan dan Pengelolaannya. IPB. Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar