PRAKTIKUM II
“Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Identifikasi
Kayu Secara Makroskopis”

Oleh
Kelompok V
GERY ARDIANTO
CCA 117 079
UNIVERSITAS
PALANGKA RAYA
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
KEHUTANAN
2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Bidang/Penampang
Kayu, Arah Kayu dan Identifikasi Kayu Secara Makroskopis”.
Adapun penyusun menulis laporan ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan
Identifikasi Kayu Secara Makroskopis . Pada penulisan laporan ini, berbagai
permasalahan telah penulis alami. Oleh karena itu, terselesaikannya laporan
percobaan ini tentu saja bukan karena kerja keras penyusun semata-mata. Namun
karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut,
penulis dengan ketulusan hati mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan laporan praktikum ini.
Dalam menyusun laporan ini, penulis
sangat menyadari banyaknya kekurangan yang terdapat di dalam laporan ini. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak
agar laporan ini lebih baik lagi dan bisa bermanfaat untuk orang banyak. Akhir
kata penulis mengucapkan terimakasih.
Palangka Raya, Desember 2018
Penulis
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................
i
DAFTAR ISI.......................................................................................................
ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang.............................................................................. 1
1.2
Tujuan Praktikum..........................................................................
3
BAB II METODE PRAKTIKUM................................................................... 5
2.1 Tempat dan
Waktu........................................................................ 5
2.2 Alat dan
Bahan............................................................................. 5
2.3
Cara Kerja.....................................................................................
5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 6
3.1 Hasil.............................................................................................. 6
3.2
Pembahasan...................................................................................
7
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 10
4.1 Kesimpulan.................................................................................... 10
4.2
Saran..............................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
11
LAMPIRAN........................................................................................................
12
12
|
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bidang Pengamatan Untuk
Identifikasi
Kayu..............................................................................
6
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Identifikasi kayu dalam dunia perdagangan bersifat subyektif,
karena pengenalan jenis dilakukan oleh seseorang yang
sudah berpengalaman dan keputusannya bersifat perorangan. Pengenalan jenis ini umumnya dilakukan berdasarkan sifat-sifat yang
menyolok. Cara lain yang dilakukan secara ilmiah lebih bersifat obyektif, karena struktur dan sifat-sifat kayu yang
diamati diteliti dan dicatat secara sistematik.
Kemudian struktur dan sifat-sifat tersebut ditentukan mengikuti petunjuk yang
terdapat dalam pengenalan jenis.
Kunci pengenalan jenis kayu ini hanya berlaku untuk kelompok kayu yang
tercakup di dalamnya. Dalam pembuatannya diperlukan sekumpulan struktur dan sifat-sifat kayu yang sudah diketahui namanya terlebih dahulu, kemudian disusun rapi menurut system
tertentu. Menurut Pandit (1991)
terdapat dua bentuk kunci pengenalan kayu yaitu kunci pengenalan dikomotomis
(dichotomous key) dan kunci pengenalan bentuk kartu (card sorting key).
Pada kunci pengenalan dikotomis,
sifat-sifat kayu
yang disusun secara berpasangan dan saling meniadakan,
artinya struktur dan sifat-sifat di
dalam tiap pasangan berlawanan satu terhadap yang
lainnya. Sedangkan kunci pengenalan bentuk kartu, tiap kartu diperuntukkan bagi satu jenis atau kelompok jenis tertentu. Pada tepi kartu dicatat semua struktur dan sifat kayu. Tepi dari kartu sesuatu jenis tertentu digunting pada tempat-tempat
yang menunjukkan struktur dan sifat-sifat dari jenis tertentu.
Data yang dipergunakan dalam pengenalan jenis tersebut meliputi struktur kayu secara makroskopis dan mikroskopis ditambah sifat-sifat fisik kayu. Untuk mempelajari data
tersebut perlu dimengerti terlebih dahulu tentang bidang/penampang dan arah kayu.
Bidang/penampang digunakan untuk mempelajari ciri-ciri struktur kayu yang
diamati, sedangkan arah kayu yang
diamati untuk menentukan sifat fisik dan fisika kayu. Menurut Kasmudjo (1995),
pengertian fisik dan sisi kayu berbeda. Sifat fisik berhubungan dengan kesan yang
diperoleh dari pancaindera apabila kita melihat, meraba,
membau dan sebagainya. Sifat fisika tentunya lebih khusus lagi, tidak termasuk bagian identifikasi kayu. Sifat fisika kayu adalah sifat karena peranan faktor (factor inheren) dari struktur kayu, selain peranan lingkungan dimana kayu tersebut berada.
Ciri-ciri struktur kayu yang
diamati adalah sebagai berikut :
1. Bidang/penampang melintang/transversal/lateral (x) dari kayu (cross
section), yaitu bidang/penampang
yang dibuat tegak lurus sumbu pohon.
2. Bidang/penampang tangensial (t) dari kayu (tangensial section), yaitu bidang/
penampang kayu
yang dibuat tegak lurus bidang radial.
3. Bidang/penampang radial (r) dari kayu (radial section),
bidang/penampang yang dibuat sejajar (mengikuti) jari-jari kayu.
Selanjutnya arah kayu berhubungan dengan salah satu sifat fisika kayu yaitu penyusutan. Arah kayu yang diamat iadalah sebagai berikut :
1. Arah longitudinal yaitu arah kayu sepanjang batang atau serat kayu (dari pangkal hingga keujung batang)
2. Arah tangensial yaitu arah kayu sejajar dengan lingkaran tahun.
3. Arah radial yaitu arah kayu sejajar dengan jari-jari kayu (dari hati ke kulit atau sebaliknya).
Struktur anatomi kayu yang
diamati secara makroskopis hanya sebagian saja, seperti pembuluh, jari-jari kayu, parenkim dan saluran interseluler.
1. Pori (sel pembuluh,
vessel cell)
Ada atau tidak ada diamati pada bidang melintang kayu. Jika kelihatan seperti lubang-lubang kecil atau besar yang
dibatasi oleh suatu dinding tersendiri. Kayu daun lebar mempunyai pori-pori dan kayu daun jarum tidak memiliki pori-pori.
2. Jari-Jari Kayu
(xyllary ray)
Jari-jari kayu merupakan lembaran-lembaran atau pita-pita
jaringan horizontal yang seolah-olah berasal dari permukaan luar kayu dekat kulit menuju arah hati. Pada penampang melintang, jari-jari Nampak seperti garis dengan lebar yang
berbeda-beda dan arahnya tegak lurus dengan lingkaran tahun.
3. Sel Parenkim
(parenchyma cell, soft tissue)
Ada atau tidaknya merupakan tanda penting dalam pengenalan kayu. Sel parenkim dapat diamati pada bidang melintang kayu. Jika ada sel-sel parenkim, maka sel-sel tersebut dapat tersebar secara terpisah sehingga sulit untuk melihatnya secara makroskopis. Tetapi dapat juga berkumpul rapat di dalam kelompok-kelompok
yang kecil atau besar yang
memberikan gambaran-gambaran khas dan berguna bagi pengenalan kayu..
Apabila sel-sel parenkim agak sulit untuk dilihat, maka bidang lintang yang
baru dibuat dapat dibasahi sedikit. Bagian yang
gelap warnanya karena menyerap air
lebih banyak menunjukkan tempat letaknya parenkim. Dapat juga dibuat dengan sayatan-sayatan tapi pada bidang lintang,
menjepit bagian sayatan-sayatan tersebut di
antara dua gelas obyek dan mengarahkannya kearah cahaya. Ketempat yang
ada arah parenkimnya kelihatan lebih terang.
Secara makroskopis sel-sel parenkim yang
terkumpul di dalam kelompok-kelompok lebih mudah dilihat dari pada soliter.
4. Saluran Interseluler
Adanya saluran inter seluler penting untuk dicatat, sebab terdapat secara konstan pada jenis-jenis tertentu. Pada bidang melintang kayu, saluran ini kelihatan seperti lubang-lubang
yang dapat dibedakan dengan pori-pori. Saluran ini diberi nama sesuai dengan isi yang
terdapat di dalamnya. Isi saluran intraseluler dapat berupa damar, getah, gom dalam bentuk padat atau cair dengan tingkat kekentalan tertentu. Tingkat
kekentalan isi saluran interseluler ini sangat penting untuk dicatat.
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah agar
praktik dapat :
1.
Menggambar ketiga bidang dan arah dari sampel kayu
2.
Mengamati bagian-bagian kayu dan mencantumkan keterangannya
3.
Menjelaskan perbedaan antara bidang dan arah kayu
4.
Mengamati struktur kayu secara makroskopis
|
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1. Tempat dan Waktu
Praktikum Anatomi dan Identifikasi Kayu yang
berjudul “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Indentifikasi Kayu Secara Makroskopis” ini dilaksanakan di ruangan J5 Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, pada hari Senin 08 Oktober 2018 pukul 13.00-15.00 WIB.
2.2. Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan dalam praktikum “Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Indentifikasi Kayu Secara Makroskopis” adalah sebagai berikut :
1.
Cutter,
2.
Gergaji dan
3.
Loupe
Sedangkan bahan yang digunakan meliputi :
1.
Sepotong kayu berbentuk seperti baji (sepanjang 10 cm)
2.
Sepotong kayu berbentuk kubus (ukuran 5x5 cm atau 2x2 cm)
3.
Ampelas
4. Air
2.3. Cara Kerja Praktikum
Adapun cara kerja praktiukum
“Bidang/Penampang Kayu, Arah Kayu dan Indentifikasi Kayu Secara Makroskopis” adalah sebagai berikut :
1. Menuliskan nama daerah dan nama ilmiah kayu yang akan diamati
2. Mengamati dan menggambar bidang dan arah pengamatan serta struktur anatomi kayu yang mampu dilihat menggunakan mata biasa dan loupe
3. Memberi keterangan pada hasil pengamatan dan gambar.
|
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
3.1. Hasil
Gambar 1.Bidang Pengamatan Untuk Identifikasi Kayu
Gambar 2.Arah Kayu Untuk Pengamatan
3.2. Pembahasan
Adapun yang dapat dijelaskan dalam praktikum kali ini
pada Gambar 1 yaitu bidang pengamatan untuk identifikasi kayu yang berbentuk
seperti baji adalah untuk mengetahui letak empelur, kayu teras, kayu gubal,
lingkaran tahun, kambium, pori-pori, kulit dan jari-jari.
Empelur adalah jaringan yang letaknya di bagian terdalam
dari batang tumbuhan berpembuluh. Empelur tersusun dari sel parenkim yang
lembut yang menyimpan dan mengangkut nutrisi ke seluruh bagian tumbuhan. Pada
tumbuhan dikotil, empulur terletak di tengah batang (stele) di keliling oleh
pembuluh xylem. Pada tumbuhan monokotil, empulur meluas hingga akar dan batang
bunga diapit oleh pembuluh xylem dan floem secara berselang-seling. Jaringan
empulur mempunyai bagian yang aktif, yang terletak di bagian luar yang disebut
primedular.
Bentuk empulur pada berbagai jenis tumbuhan berbeda
antara yang satu dengan tumbuhan yang lainnya. Ada empulur yang bentuknya lunak
dan kering, ada yang memiliki rongga-rongga kecil. Pada beberapa tanaman,
empulur di tengah batang dapat mengering dan hancur, sehingga batang berongga
dan terbentuk ruang kosong seperti pada rumput-rumputan dan bambu. Dan ada juga
tumbuhan yang empulurnya berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan
seperti pada pohon sagu. (Sucipto, Tito. 2009)
Kayu teras merupakan kayu terdiri dari sel-sel yang
dibentuk melalui perubahan-perubahan hidup pada lingkaran kayu gubal bagian
dalam, disebabkan terhentinya fungsi sebagai penyalur cairan dan lain-lain
proses kehidupan. Ruang dalam kayu teras dapat mengandung berbagai macam zat
yang memberi warna lebih gelap. Tidak mutlak kayu teras demikian. Hanya pada
jenis-jenis yang kayu terasnya berisi tiloses. Pada beberapa jenis tertentu,
membuat kayu berat dan kayu lebih awet. Akan tetapi semua jenis kayu yang
memiliki zat ekstraktif sudah dapat dipastikan keawetannya. (Sucipto, Tito.
2009)
Kayu gubal merupakan bagian kayu yang masih muda terdiri
dari sel-sel yang masih hidup, terletak di sebelah dalam kambium dan berfungsi
sebagai penyalur cairan dan tempat penimbunan zat-zat makanan. Tebal lapisan,
kayu gubal bervariasi menurut jenis pohon. Umumnya jenis yang tumbuh cepat
mempunyai lapisan kayu gubal lebih tebal dibandingkan dengan kayu terasnya.
Kayu gubal biasanya mempunyai warna terang. (Sucipto, Tito. 2009)
Lingkaran tahun adalah istilah yang dipergunakan dalam
menunjukkan cincin-cincin kosentris atau garis lingkaran yang ada pada bagian
dalam batang tumbuhan. Lingkaran tahun ini akan terlihat jelas jika batang kayu
pohon dipotong melintang. Lingkaran tahun ini untuk menentukan usia/umur pohon
tersebut. Lingkaran tahun ini memang muncul seiring dengan bertambahnya
usia/umur tumbuhan. Batang dengan siringnya waktu akan terus tumbuh dan menebal
karena aktifitas kambium yang menghasilkan lapis demi lapis xylem sekunder.
Lapis xylem sekunder inilah yang dari tahun ke tahun terus bertambah dan
disebut lingkaran tahun. (Wahyu, Imam. 2013)
Kambium adalah lapisan jaringan maristematik pada
tumbuhan yang sel-selnya aktif membelah dan bertanggung jawab atas pertumbuhan
sekunder tumbuhan. Kambium ditemukan pada akar dan batang. Berdasarkan jaringan
tetap yang dibentuknya, dikenal dua kelompok kambium, yaitu kambium gabus dan
kambium pembuluh. Kambium hanya ditemukan pada tumbuhan dikotil dan
gymnospermae. (Wahyu, Imam. 2013)
Pori-pori batang (lentisel) adalah bentuk batang yang
memiliki banyak lubang kecil seperti pori-pori pada bagian epidermis. Bentuk
lentisel ini seperti lubang yang menganga secara terbuka dan tidak dilapisi
oleh sel gabus. Lentisel digunakan sebagai alat pernapasan bagi tumbuhan dan
membantu proses pertumbuhan tumbuhan itu sendiri, lentisel pada umumnya
terdapat pada batang dewasa. (Wahyu, Imam. 2013)
Pepagan atau kulit kayu adalah lapisan terluar batang dan
akar tumbuhan berkayu. Dalam istilah teknis, pepagan merujuk pada seluruh
bagian di luar jaringan kambium. Pepagan menutupi kayu dan terdiri atas bagian
dalam dan luar. Bagian dalam, yang pada batang dewasa merupakan jaringan hidup,
termasuk daerah terdalam periderm. Lapisan luar pada tangkai tua termasuk
jaringan permukaan tangkai yang mati, bersama dengan bagian-bagian periderm
terdalam dan seluruh jaringan di sisi luar pada pohon juga disebut rhitidoma.
Jari-jari adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti
garis-garis yang sejajar dengan warna yang lebih cerah dibanding warna
sekelilingnya. Jari jari dapat dibedakan berdasarkan ukuran lebarnya dan
keseragaman ukuran.
|
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Adapun yang dapat
disimpulkan dalam praktikum kali ini adalah Menggambar ketiga bidang dan arah dari sampel kayu kemudian mengamati bagian-bagian kayu dan mencantumkan keterangannya serta menjelaskan perbedaan antara bidang dan arah kayu dan mengamati struktur kayu secara makroskopis. Yang perlu diketahu dalam
praktek ini adalah harus mengetahui arah bidang penampang melintang, bidang
penampang tangensial dan bidang penampang radial dan juga harus mengetahu arah
longitudinal, arah tangensial dan arah radial.
4.2. Saran
Adapun saran yang perlu yaitu
harus mentaati tata tertib yang ada di laboratorium dan yang ada di buku
panduan. Serta menjaga kebersihan dan dilarang keras bermain HandPhone pada
saat praktikum berlangsung.
|
DAFTAR PUSTAKA
Kasmudjo, 1995. Bidang Penampang Kayu. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Pandit,
2002. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku. Yayasan Penerbit
Fakultas Kehutanan IPB. Bogor
Sucipto,
Tito. 2009. Struktur, Anatomi dan
Identifikasi Jenis Kayu. Universitas Sumatra Utara. Medan
Sarinah,
2018. Panduan Praktikum : Anatomi dan
Identifikasi Kayu ”bidang/penampang kayu, arah kayu dan identifikasi kayu
secara makroskopis”. Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas
Palangka Raya
Wahyu,
Iman. 2013, Hubungan Struktur Anatomi
Kayu Dengan Sifat Kayu, Kegunaan dan Pengelolaannya. IPB. Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar